Rabu, 08 Oktober 2014

Will you marry me? Yes, I do

Terinspirasi dari perkuliahan Filsafat Ilmu
oleh Prof. Dr. Marsigit, MA
pada hari Kamis, 2 Oktober 2014

Direfleksikan oleh:
Dewi Widowati
14709251084
PMat A PPs UNY 2014

            Menikah meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Lengkap. Berbicara dari sisi genetika,  apabila hubungan famili terlalu dekat, dikhawatirkan dapat merusak gen. Ilmu yang mempelajarinya disebut antropologisosial. Pada kasus orang Jepang, mengapa orang jepang pendek-pendek?  Hal ini dikarenakan tradisi orang Jepang dahulu mengharuskan mereka hanya boleh menikah dengan anggota kerajaan sehingga genetika mereka rusak. Tetapi seiring perkembangan zaman, budaya Jepang mulai terbuka, dan memperbolehkan mereka menikah dengan orang di luar Jepang, seperti orang Amerika, dan lainnya sehingga kini banyak ditemui orang Jepang yang berpostur tinggi. Oleh karenanya, dilihat dari sisi genetika pernikahan antara 2 suku merupakan hal yang bagus.
            Pernikahan dapat dilihat dari hubungan formal dengan material,  normatif dan spiritual. Hubungan formal, material, normatif dan spiritual meliputi yang ada dan yang mungkin ada. 
Jangankan perkawinan, airpun ada materialnya, ada spiritualnya. Menikahpun ada materialnya, ada bentuk fisiknya yaitu ada calon mempelainya. Bentuk formal menikah merupakan hal yang sangat penting. Tanda tangan seorang penghulu merupakan bentuk formal menikah. Apabila tidak ada tanda tangan penghulu, maka pernikahan dianggap belum sah. Bentuk normatifnya merupakan filsafat itu sendiri. Filsafat ada 3 jalur: ontology, epistomologi, serta etik dan estetika. Semua ada ruang dan waktunya. Epistomologi dari menikah itu adalah sumber-sumber pengetahuan tentang menikah, antara lain spiritualitasnya, kitab sucinya, hadistnya, tradisinya, tata-cara, adat, dan seterusnya. Jadi, apabila kita ingin menikah dengan suku yang berbeda, kita harus mempelajari tata cara bagaimana pernikahan masing-masing suku. Epistomologi merupakan sumber pengetahuan, pembenaran, dan macam-macamnya. Bentuk spiritualitas menikah penting. Apabila seorang pria memandang seorang wanita tanpa bingkai spiritualitas, maka akan sangat membahayakan. Wanita akan dianggap sebagai snack saja. Tetapi apabila sudah memiliki bingkai spiritualitas, maka pria akan tahu bahwa memandang wanita tidak boleh berlama-lama. Apabila sudah memiliki anak, terutama anak perempuan, bentuk spiritualitas harus sedini mungkin ditanamkan. Spiritualitas merupakan full of intuition. Jadi, aspek legal formal menikah adalah bentuk formal menikah. (Dewi Widowati/ 14709251084 /PMat A PPs UNY)

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates